Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order signification) seperti yang digambarkan berikut:

Melalui gambar di atas, Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara penanda dengan petanda di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersbujektif.
Menurut Barthes, prosedur-prosedur dalam memaknai konotasi khususnya dalam fotografi ada enam, yaitu:
1. Trick Effect, misalnya dengan memadukan dua gambar sekaligus secara artificial.
2. Pose, misalnya dengan mengatur arah pandang mata atau cara duduk dari seorang subjek.
3. Objek, misalnya dengan menyeleksi atau menata objek-objek tertentu (buku-buku atau rak buku, misalnya dapat merujuk kepada makna ‘intelektualitas’)
4. Photogenia, misalnya cara mengatur eksposure, pencahayaan (lighting), manipulasi teknik cetak, dan sebagainya.
5. Estetika, misalnya apa yang disebut dengan “piktorialisme” atau dengan menerapkan teknik “posterisasi” sehingga sebuah foto seolah-olah menyerupai lukisan.
6. Sintaksis, dengan merangkaikan beberapa foto ke dalam sebuah sekuens sehingga penanda dan petanda konotasinya tidak dapat ditemukan pada fragmen-fragmen yang lepas satu sama lain, melainkan pada keseluruhan rangkaian.
(Kris Budiman, Semiotika Visual, Yogyakarta, 2004, h.71)
oleh : Rista Fhani